Penulis: R. Graal Taliawo
Cetakan pertama, Juni 2023
Tebal: 199 hlm; 15 x 23 cm
ISBN: Proses
CORETAN KEDUA ini bukanlah buku berjilid yang terdiri dari beberapa buku. Buku CORETAN KEDUA ini merupakan kumpulan artikel dalam berbagai topik. Artikel-artikel ini adalah respons
terhadap kasus yang terjadi, dan ditulis sejak tahun 2020 serta telah diterbitkan oleh media nasional dan media lokal. Semua topik adalah cerminan dari keterkaitan pribadi serta merupakan refleksi keilmuan yang selama ini telah didalami: ilmu administrasi negara, ilmu sosiologi, dan ilmu politik.
terhadap kasus yang terjadi, dan ditulis sejak tahun 2020 serta telah diterbitkan oleh media nasional dan media lokal. Semua topik adalah cerminan dari keterkaitan pribadi serta merupakan refleksi keilmuan yang selama ini telah didalami: ilmu administrasi negara, ilmu sosiologi, dan ilmu politik.
Kumpulan tulisan dalam CORETAN KEDUA R. Graal Taliawo ini menarik dibaca dari dua sisi. Pertama, memotret beragam fenomena yang menandai dinamika demokratisasi Indonesia
dalam satu dasawarsa terakhir. Kedua, di mata seorang penelitiaktivis seperti Graal, coretan-coretannya memilih “berpihak” pada marginalitas, baik kelompok maupun isu. Setidaknya dari kurang lebih 24 coretan dalam buku ini, ada 4 tulisan yang mengulas tentang isu kekerasan seksual, termasuk tantangan implementasi UU TPKS, sehingga Indonesia dapat bebas dari kekerasan seksual yang dianggap bagai mimpi di siang bolong oleh penulis. Isu kelompok marginal seperti nelayan dan petani kopra di Maluku Utara yang menanti sejahtera, menunjukkan problem ketimpangan ekonomi antarpulau masih krusial di Indonesia.
dalam satu dasawarsa terakhir. Kedua, di mata seorang penelitiaktivis seperti Graal, coretan-coretannya memilih “berpihak” pada marginalitas, baik kelompok maupun isu. Setidaknya dari kurang lebih 24 coretan dalam buku ini, ada 4 tulisan yang mengulas tentang isu kekerasan seksual, termasuk tantangan implementasi UU TPKS, sehingga Indonesia dapat bebas dari kekerasan seksual yang dianggap bagai mimpi di siang bolong oleh penulis. Isu kelompok marginal seperti nelayan dan petani kopra di Maluku Utara yang menanti sejahtera, menunjukkan problem ketimpangan ekonomi antarpulau masih krusial di Indonesia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar